Pelaksanaan shalat sunnah merupakan cerminan tingkat ketakwaan dan ketawakalan seorang hamba kepada Allah Swt. Dalam melaksanakan shalat sunnah kita semata-mata mengharapkan rida dari Allah Swt. shalat ini menuntut kesungguhan dan tekat yang kuat karena kita harus merelakan waktu, tenaga, dan harta demi terlaksananya shalat tersebut. Jadi, sudah jelas bahwa shalat sunnah itu dilaksanakan semata-mata mengharapkan kedekatan dan rida dari Allah yang akan dijadikan bekal pada masa yang akan datang. Apalagi, kita menghayati bahwa dengan melaksanakan shalat bukan sekadar melaksanakan kewajiban. Allah tidak membutuhkan ibadah kita tetapi kitalah yang membutuhkannya. Kita berharap agar Allah menerima ibadah kita sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat.
Shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Orang yang melaksanakan shalat sunnah mendapatkan pahala dan keutamaan dari Allah Swt. Namun, jika seseorang tidak melaksanakan śalat sunnah, dia tidak berdosa. Dalam hal melaksanakan shalat Sunnah, Rasulullah memberi teladan yang penuh dengan kemuliaan. Beliau selalu mengerjakannya, seperti shalat- shalat rawatib, shalat dhuha, witir, dan sebagainya.
Di antara sekian banyak śalatsunnah, ada yang ditekankan untuk dikerjakan dengan berjamaah, ada yang dikerjakan secara munfarid (sendirian), dan ada yang bisa dikerjakan secara berjamaah atau munfarid.
1. Shalat Sunnah Berjamaah
Pernahkah kalian melaksanakan shalat sunnah secara berjama’ah? Tentunya kalian sering melaksanakannya. Misalnya pada saat melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha (shalat idain). Kalian tentu tidak pernah melaksanakan shalat Idul Fitri atau Idul Adha secara munfarīd (sendirian). Kedua shalat ini pasti
dilaksanakan secara berjamaah.
Secara lebih rinci shalat-shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjama’ah sebagai berikut :
a. Shalat Idul Fitri
b. Shalat Idul Adha
c. Shalat Kusūf (gerhana matahari)
d. Shalat Khusūf (gerhana bulan)
e. Shalat Istisqā (meminta hujan)
a. Shalat Idul Fitri
Shalat Idul Fitri adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri pada setiap tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan puasa Ramadan satu bulan lamanya. Hukum melaksanakan shalat sunnah ini adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
“Id” artinya kembali yaitu dengan hari raya Idul Fitri ini kita kembali dihalalkan berbuka seperti makan dan minum di siang hari yang sebelumnya selama bulan Ramadan hal itu dilarang.
Waktu untuk melaksanakan shalat Idul Fitri itu adalah sesudah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari pada tanggal 1 Syawal tersebut. Adapun Tata cara pelaksanaan shalat hari raya Idul Fitri tergambar dalam cerita Amri dan Salim berikut:
Shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Orang yang melaksanakan shalat sunnah mendapatkan pahala dan keutamaan dari Allah Swt. Namun, jika seseorang tidak melaksanakan śalat sunnah, dia tidak berdosa. Dalam hal melaksanakan shalat Sunnah, Rasulullah memberi teladan yang penuh dengan kemuliaan. Beliau selalu mengerjakannya, seperti shalat- shalat rawatib, shalat dhuha, witir, dan sebagainya.
Di antara sekian banyak śalatsunnah, ada yang ditekankan untuk dikerjakan dengan berjamaah, ada yang dikerjakan secara munfarid (sendirian), dan ada yang bisa dikerjakan secara berjamaah atau munfarid.
1. Shalat Sunnah Berjamaah
Pernahkah kalian melaksanakan shalat sunnah secara berjama’ah? Tentunya kalian sering melaksanakannya. Misalnya pada saat melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha (shalat idain). Kalian tentu tidak pernah melaksanakan shalat Idul Fitri atau Idul Adha secara munfarīd (sendirian). Kedua shalat ini pasti
dilaksanakan secara berjamaah.
Secara lebih rinci shalat-shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjama’ah sebagai berikut :
a. Shalat Idul Fitri
b. Shalat Idul Adha
c. Shalat Kusūf (gerhana matahari)
d. Shalat Khusūf (gerhana bulan)
e. Shalat Istisqā (meminta hujan)
a. Shalat Idul Fitri
Shalat Idul Fitri adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri pada setiap tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan puasa Ramadan satu bulan lamanya. Hukum melaksanakan shalat sunnah ini adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
“Id” artinya kembali yaitu dengan hari raya Idul Fitri ini kita kembali dihalalkan berbuka seperti makan dan minum di siang hari yang sebelumnya selama bulan Ramadan hal itu dilarang.
Waktu untuk melaksanakan shalat Idul Fitri itu adalah sesudah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari pada tanggal 1 Syawal tersebut. Adapun Tata cara pelaksanaan shalat hari raya Idul Fitri tergambar dalam cerita Amri dan Salim berikut:
Menyambut Hari Lebaran
Amri dan Salim merupakan dua anak yang saleh. Sebulan penuh dia menyelesaikan puasa Ramadan. Malam itu, tanggal 1 Syawal mereka menunaikan kewajiban membayar zakat fitrah. Mereka menyerahkan zakat fitrah kepada panitia zakat fitrah di masjid dekat rumah mereka.
Amri berkata, “Salim, besok pagi kita berangkat śalat Idul Fitri bersama-sama, ya.” Salim menjawab, “Ya, insya Allah. Kita pakai sepeda atau jalan kaki?”
“Jalan kaki saja, kata pak guru disunnahkan untuk jalan kaki. Jangan lupa, mandi dan makan sebelum berangkat juga sunnah”
“Baiklah, sampai ketemu besok ya, assalamu’alaikum..” “Wa‘alaikum salam warahmatullah wabarakatuh.”
Pagi itu, tanggal 1 Syawal matahari terbit menghangatkan seluruh isi bumi. Takbir berkumandang di mana-mana. Sungguh suasananya sangat membahagiakan. Amri dan Salim berangkat bersama untuk menunaikan shalat Idul Fitri.
“Wah, bajumu bagus sekali, Amri.” Kata Salim. “Iya, terima kasih. Tapi ini baju lebaran tahun yang lalu. Sengaja jarang aku pakai karena tahun lalu masih kebesaran.” Amri menjelaskan.
Setelah sampai di masjid, mereka berdua melaksanakan shalat sunnah tahiyatul masjid sebanyak dua rakaat. Lalu mereka mengumandangkan takbir bersama jamaah yang lain.
Saat waktunya telah tiba, imam memberikan isyarat dimulainya śalat Id, bilal atau menyerukan seruan untuk śalat :
“As-Salātu Jāmi’atau, mari kita laksanakan śalat berjama’ah”
Amri berbisik, “Tahun yang lalu, aku śalat Id di tempat lain tidak ada seruan seperti ini.” Jawab Salim, “Ya betul, seruan seperti yang tadi memang tidak harus dilakukan, ayo kita berdiri”. Sumber: Muhammad Akhsan
Selanjutnya mereka mengikuti śalat Idul Fitri dengan khusyu bersama dengan para jamaah, dengan tata cara sebagai berikut :
1) Imam memimpin pelaksanaan shalat Idul Fitri diawali dengan niat yang ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
Artinya : “Saya berniat śalat sunnah Idul Fitri dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2) Pada rakaat pertama sesudah membaca do’a iftitah bertakbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Di sela-sela takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca:
1) Imam memimpin pelaksanaan shalat Idul Fitri diawali dengan niat yang ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
Artinya : “Saya berniat śalat sunnah Idul Fitri dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2) Pada rakaat pertama sesudah membaca do’a iftitah bertakbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Di sela-sela takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca:
Artinya : “Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah, tida Tuhan
melainkan Allah, Allah Mahabesar.”
3) Setelah takbir tujuh kali dan membaca tasbih tersebut dilanjutkan membaca surah al-Fātihāh dan membaca salah satu surah dalam al- Qur`ān. Namun, diutamakan surah Qāf atau surah al-A’lā.
4) Pada rakaat kedua, setelah takbir berdiri kemudian membaca takbir lima kali sambil mengangkat tangan dan di antara setiap takbir disunnahkan membaca tasbih. Setelah itu membaca surah al-Fātihāh dan surah-surah pilihan. Surah yang dibaca diutamakan surah al-Qamar atau surah al-Gāsyiyah.
5) shalat Idul Fitri ditutup dengan salam. Setelah itu khatib mengumandangkan khutbah dua kali. Khutbah yang pertama dibuka dengan takbir sembilan kali dan khutbah yang kedua dibuka dengan takbir tujuh kali. Ada pula yang melaksanakan khutbah hanya satu kali.
Setelah shalat Idul Fitri para jama’ah dianjurkan untuk bersalam- salaman untuk saling memaafkan lahir dan batin. Setelah selesai shalat, kita pulang ke rumah dengan menempuh jalan yang berbeda dengan pada saat berangkat.
Di sepanjang jalan kita disunnahkan untuk saling bersilaturrahmi dan bersedekah, saling memberikan maaf kepada sesama keluarga, famili, tetangga, dan saudara sesama muslim. Khusus hari raya Idul Fitri kita diSunnahkan mengucapkan selamat kepada sesama saudara sesama muslim ketika bertemu.
b. shalat Idul Adha
shalat Idul Adha adalah shalat yang dilaksanakan pada hari raya Qurban atau hari raya Idul Adha. shalat ini dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10 Zulhijjah bertepatan dengan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci. Dengan demikian orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan shalat Idul Adha. Bagi orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, hukum melaksanakan shalat Idul Adha adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan).
Hampir semua ketentuan dan tata cara shalat Idul Adha sama dengan shalat Idul Fitri. Baik menyangkut waktu pelaksanaannya, hukumnya, dan tata caranya. Adapun perbedaannya hanya pada niatnya. Niat shalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
Artinya : “Saya berniat shalat sunnah idul adha dua rakaat karena Allah ta’ala.”
0 Komentar